Minggu, 12 Agustus 2012

Fanfiction NC-15 ‘Anata No Koto Ga…’ Final

Fanfiction
Title       : Anata No Koto Ga…
Genre   : Romance
Ratting  : NC-15
Author  : Lisa Wulan Novianti
Cast       : Kamiyama Tomohiro (7west) x Yanagi Riisa (OC), Kotaki Nozomu (7West) x Hagiwara Reina (OC)
Disclaimer : anak 7WEST adalah anak 7WEST, Riisa oc punya ku dan Hagiwara Reina Oc pinjem dari Ucii
OTANJOUBI OMEDETOU NJOOOOMMMMMMMMMM~~~




Anata No Koto Ga….
Kami kembali kekelas, Reina mengambil sebuah kotak bentou. “Tabemasyou” ajaknya. Aku mengikutinya, menenteng sebuah roti dan sekotak susu yang ku beli di cafeteria sekolah.
Reina menari lenganku. “sekali-sekali mana di atap sekolah boleh kan calon ketua osis?” Tanya Reina, kaki jenjangnya sudah melangkah jauh menuju atap tangga atap sekolah. Aku ikut berlari mengejarnya. tak lama kami sampai disana, tempat paling tinggi dari suatu gedung sekolah, kebetulan kolam renang sekolah kami berada dilantai 4 gedung sekolah, 1 lantai dibawah. Pemandangan biru membentang, pepohonan yang terlihat lebih kecil dari atas sini juga tampak berbeda dari suasana makan siang yang biasanya.
Aku menarik dua buah bangku dan 1 meja, ku siapkan khusus untu Reina dan aku. Dia hanya tersenyum dan menatapku bekerja keras sedikit.
“Untung ada bangku yang sudah tidak terpakai, tapi sedikit kotor” Ucapku sembari mengeluarkan sapu tangan dan mengelap kursi serta meja yang akan kami tempati.
Kotak bentou itupun terbuka, wangi harum menyeruak keluar dari persembunyiannya, beberapa sayuran rebus, sosis, katsu ada disana, nasi yang ditaburi dengan wijen hitam membuat air liur ku keluar dengan sendirinya.
“Akan kah kau membaginya untukku? Aku tidak membawa bentou” Ucapku
Reina tertawa sembari memberiku sumpit. “Aku hanya membawa 1 pasang. Jadi kita makan bergantian”
Aku mulai mengambil sebuah karage, lalu ku masukkan kedalam mulutku. Sentuhan garing diluar dan lembut didalam itu begitu menguasai mulutku, “Umaaai. Kau yang membuatnya?” Tanya ku dengan mulut yang penuh dengan karage.
Reina mengangguk. “aaannn” Dia membuka mulutnya, aku mengerti maksudnya, aku mengambil sedikit sosis, kemudian dia memakannya.
“Oiya, kenapa nama mu dengan nama Riisa berbeda? Hagiwara dan Yanagi?” Tanyaku.
“Oh itu? Dulu, keluarga kami benar-benar bahagia, sampai Otoosan di PHK dari perusahaannya, lalu Okaasan bekerja sebagai penjaga bar, sejak saat itu Otoosan seperti orang gila, dia sering marah-marah lalu memukul kami tanpa sebab yang jelas. Karena Okaasan jarang ada dirumah, jadi Riisa Neechan yang mengerjakan semua pekerjaan rumah, hal itu juga yang sering membuatnya menjadi sasaran kemarahan Otoosan. Sampai suatu hari Otoosan benar-benar marah, dia membunuh Okaasan dengan menggunakan pisau dapur dihadapan mata Riisa Neechan, dan setelah itu Otoosan membunuh dirinya sendiri. Saat itu aku masih belum pulang dari kegiatan club, aku tidak tau apa-apa. Oleh sebab itu Riisa neechan menjadi begitu tertekan, 2 minggu setelah penutupan kasus kedua orang tua kami, kami di asuh oleh 2 keluarga yang berbeda tapi masih dalam 1 wilayah yang sama. Maka dari itu, nama depan kami berubah sesuai dengan keluarga yang mengadopsi kami”
Aku terdiam, penjelasan panjang itu membuat mata Reina basah, perlahan mata putih besar itu mulai memerah, dia mengalihkan pandangannya dari ku, menatap dengan kosong. Perlahan air matanya terjatuh. Menetes tak terkendali. Mungkin ini salahku yang membuat dia membuka kenangan yang sudah ditutupnya.
“Gomen ne” aku merengkuh tubuh gadis itu. Ku biarkan dia menangis dipekukkan ku, sebelumnya aku tidak pernah tau kalau pernah ada kejadian yang begitu tragis dala hidup Reina dan Riisa, melihat kedua orang tuanya mati dengan cara yang mengenaskan didepan mata itu suatu kejadian yang benat-benar tragis.
Reina masih menangis, membuat jas ku basah, tapi bagiku tidak apa-apa. perlahan tangisannya tak juga reda. Aku mengusap dengan lembut rambutnya. “Gomen na” Ucapku.
Reina mengangguk, tetapi masih tetap saja menangis.
“Ehem, Kau ini pria yang tidak gantel ya, membuat wanita menangis itu suatu hal yang tidak lucu tau” Reina melepaskan pelukkannya, aku menoleh kesana dan kemari, mencari asal suara tersebut.
“Kotaki Nozomu, mungkin akan menjatuhkan pamor mu jika aku mengatakan ini” Suara itu terdengar sangat mengejek, membuat aku naik pitan.
“Siapa kau? Keluarlah!” Ucapku menantangnya. Wajah Reina takut, dia berdiri tepat dibelakangku, berlindung.
“Ini aku. Kamiyama Tomohiro. Hahaha yang tadi itu hanya bercanda, kau serius sekali” Ucap Kamiyama senpai yang tiba-tiba menghampiriku dan Reina.
Lenganku mengeras, ingin sekali meninju wajah senpai yang tingginya hanya sepundakku itu. “bakayaro. Kalau kau berkata apa-apa tentang apa yang ku lakukan, maka aku akan mengatakan kalau kau pernah membawa seorang gadis menginap diapartemenmu. Deal?”
Kamiyama senpai terengah mendengar ucapanku. “bakayaro. Deal. Sedang apa kalian disini? Aku lapar nih. Roti ini nganggur, aku ambil ya” Kamiyama senpai menyambar roti yang ku bawa, lalu berlalu bagai angin menghilang dibalik pintu penghubung.
===========================================
Otak ku tak berhenti bekerja mencoba menyelesaikan masalah demi masalah, permasalahan yang sering dilontarkan berbagai murid, aku harus mencari solusinya, mencari jalan tengah antara guru dan murid agar mereka para murid dapat belajar dengan gembira dan guru pun dapat mengajar dengan senang. Aku membaca setiap peraturan, memahaminya dan mulai berpikir, sore ini aku dinobatkan menjadi ketua osis, dan kegiatan ini menyita sedikit waktu ku pada Reina, Reina memang menjadi wakilku, tapi bukan berarti dia sepenuhnya membantuku. Hari ini Reina akan berbelanja ke toko buku bersama teman-temannya, aku dimintanya untuk menemani, tapi apa daya tangan tak sampai. Aku harus membentuk kepengurusan dan hal lain sebagainya.
Untunglah Reina termasuk cewe yang pengertian, dia mengiyakan pekerjaanku. Merelakan berbelanja tanpa ditemani oleh kekasih hatinya.
Mulai ku tulisakan nama demi nama, para pengurus yang baru. Sampai tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 5.40 PM, aku terengah melihat jam digital yang ada diponselku. Dan terkejut melihat sebuah e-mail.
“Ada kedai es krim baru, untuk paket couple akan mendapat tambahan scoop dan topping. Mau coba?” begitu pesan singkat yang dikirim dari Reina, pesan yang dikirim setengah jam yang lalu. Dengan segera aku membalasnya.
“ya, tentu, aku yang traktir deh” begitu pesan terkirim aku menutup semua berkas yang ada dihadapanku, lalu membereskannya. Keadaan sekolah sudah sunyi, seperti tak ada nyawa yang hinggap di sekolah ini.
Aku berjalan, menuju lkuar sekolah selesai mengganti sepatuku, dengan lelah aku memijat sendiri pundak yang ku rasa sangat tegang setelah seharian belajar.
Langit tampak merah, matahari bersinar begitu indah memancarkan sinarnya yang memberikan kehangatan senja.
Dari posisiku sekarang sayup-sayup terdengar suara rintihan, aku mulai berjalan dengan cepat menuju sumber suara tersebut. ‘tak mungkin ada sadako kan?’ aku membatin. Lalu berlari menuju suara itu.
“Ara? Riisa? Aku menepuk pundak gadis itu, dia memang sadako, tapi sadako yang satu ini adalah calon bagian dari keluarga yang akan ku bina dengan Reina. “Sedang apa disini?”
“Reina mana?” Tanyanya. Untuk pertama kalinya suara itu terdengar lembut, walau wajahnya masih saja tertutup dengan poni panjangnya itu.
“Dia ketoko buku. Are? Kau menangis ya? Kenapa?” Tanya ku mengulik.
“Reina adalah adik yang sangat baik, dia selalu bisa ceria. Aku sedikit terharu membacanya surat darinya. Dia sangat manis. Semua orang menyukainya. Jika kau menyakiti Reina aku tak akan segan-segan membunuhmu”
Kalimat itu terdengar panjang dan mencekam bagiku, aku terdiam dan hanya bisa mengangguk dengan yakin sembari tersenyum miris.
“Aku hanya bercanda kok” dia tersenyum, aku melihat segaris senyuman tipis diwajahnya yang tak terlihat jelas itu.
“Ne, Rissa Neechan, kau tidak memakan cake buatan Reina, itu dia buat dengan susah payah loh”
“Aku.. aku ingin memberikannya pada seseorang. Tapi aku takut. Sangat takut” Ucapnya dengan tertatih. Wajahnya kini menunduk.
“Aku antar ya, kau punya nomer ponselnya? Mau ketemuan atau datangi rumahnya?”
“A. aku ingin ke apartemennya. Dekat dari sini, tapi.. aku tidak berani”
Aku menarik lengan Riisa dengan lembut membuat gadis itu tersontak. “Aku tau tujuanmu” Lengan Riisa menjadi dingin, sedikit basah karena berkeringat, wajahnya tertunduk, tangan kirinya memegang bungkusan cake itu.
Aku menatap gedung bertingkat banyak tersebut, apartemen Kamiyama senpai terletak dilantai 3, aku menaiki lift menuju rumahnya. Tak lama berjalan, kami beruda sampai didepan pintu rumahnya.
“Kesini kan?” Tanyaku meyakinkan.
Riisa hanya mengangguk dengan pelan. Aku memencet bel tersebut, lalu sang penghuninya keluar dengan tampang semeraut, baju kaos yang berantakan, celana pendek yang menunjukkan bulu kakinya yang begitu lebat bagai hutan.
“Ada apa hah? Cepat masuk aku ini sedang tidur tau” Dia masuk dan berjalan menuju sofa, lalu ambur diatas sofa tersebut. Matanya terpejam lagi. Aku membuka sepatuku dan menyuruh Riisa untuk membukanya juga.
“hey hey. Jangan tidur. Aku membawakan sesuatu untukmu” Ucapku membangunkannya.
“Apa? kalau kau membawakan aku sesuatu yang menyebalkan aku akan menunju mu” Mata Kamiyama senpai masih saja terpejam.
Gyyuuttt Gyyuuuttt
Aku menekan pipinya dengan jari telunjukku, “Okitte” Ucapku, tapi lelaki pemalas itu masih saja terdiam. Aku menoleh kearah Riisa, dia hanya berdiri tertunduk ditepi pintu yang sudah tertutup. Aku melambaikan tangan, memanggil dia untuk mendekat.
Setelah Reina menceritakan semuannya aku mengerti betul kenapa Riisa sampai menutup diri seperti itu. Sadako cantik itu memiliki jiwa yang indah didalamnya, hanya saja perlu penyesuaian yang tepat dengan dirinya.
“Okitte” Riisa berbisik ditelinga Kamiyama senpai. “Okitte” Ucapnya lagi. Suaranya tak terdengar, mungkin hanya terdengar sayup ditelinga Kamiyama senpai.
Kamiyama senpai menarik lengan tersebut, lalu menyentilnya dengan kasar. “Itaaaiii” Ucap Riisa. Mungkin dia sangka tangan tersebut adalah tanganku.
Riisa berjalan menjauh. Menuju dapur tak beberapa lama dia kembali dengan segelas air ditangannya. Tangannya menjulurkan gelas tersebut, tanpa sepatah katapun aku menyipratkan air tersebut kearah wajah senpai pemalas tersebut.
Dengan wajah malas dia bangkit, matanya kecilnya tak sepenuhnya terbuka, “Areeee? Kau bisa ada disini? Kalian? berdua? Kenapa?” Kamiyama senpai panik sejadi-jadinya melihat keberadaan ku dan Riisa.
“Sudah ku bilang kan kalau aku membawakan sesuatu untukmu”
Dia terdiam, lalu matanya menatap Riisa yang menunduk sembari menenteng cake tersebut.
“Untukmu” Ucapnya dan menjulurkan cake tersebut.
Tanpa ragu Kamiyama Senpai menerimanya, lalu membukanya. “Eh? Otanjoubi Omedetou? Ini bukan hari ulang tahunku”. Ucap Kamiyama ketika membuka cake tersebut.
“Hari ini Riisa berulang tahun, dan mendapatkan cake tersebut dari adiknya. entah mengapa dia ingin memberikan cake tersebut padamu”
Wajah Kamiyama bingung, dia menyuruh kami berdua untuk duduk. “Untuk apa memberikan ini padaku? Ini cake untukmu. Aku tak mau memakannya”
“A. aku mau mengucapkan terima kasih”
“Aaa souka. Jadi ini ucapan terimakasih karena aku telah menolongmu ya?” Dengan kepercayaan diri yang tinggi Kamiyama senpai membanggakan dirinya sendiri. Aku melirik tajam kearahnya dan dia membalas lirikanku dengan tatapan sok keren.
“Kalau begitu kita makan bertiga, oiya aku punya satu permintaan sebelum ini, boleh kah Riisa?”
Tubuh Riisa menjadi tegak, bibirnya bergerak “nani?” begitu yang diucapkan sadako cantik tersebut.
Kamiyama bangkit, membuka semua laci kecil yang ada di tepi meja, dan mengambil 2 buah jepitan berbentuk bunga dan pita. Kini dia berlutut dihadapan Riisa, aku tersenyum dengan bangga, akan menjadi saksi seorang Kamiyama senpai menyatakan cintanya pada gadis yang dia suka, dan bila hasilnya diterima kami akan menjadi sodara tentunya.
Kamiyama menatap wajah Riisa yang sama sekali tidak kelihatan. Tangannya mulai bergetak, menyibakkan rambut yang menutupinnya. Jepitan itu digunakan untuk menahan rambut poni Riisa yang panjang. “Aku tak ingin kau makan cake istimewa ini dengan rambut yang menutupi wajahmu, nanti rambutmu bisa mengenai creamnya lagi”
Kamiyama kembali ke posisinya, kini dia memotong cake tersebut dan mulai menaruhnya dalam piring. Harapan ku sia-sia, Kamiyama senpai tak menyatakan cintanya, dan kami tak akan jadi sodara. Hatiku serasa hancur saat itu.
Wajah manis yang kini terlihat jelas itu hanya tertunduk, datar, tanpa ada expresi apapun. Pipinya kemerahan, aku rasa dia malu, tapi tingkahnya sangat manis, aku jadi teringat pada Reina.
“Jepitan itu punya adikku,tapi kau bisa memilikinya. Anggap saja kenang-kenangan” Kamiyama senpai memberikan sepotong cake tersebut. Lalu dalam kehangatan semuannya tertawa, bahkan Riisa pun sesekali tersenyum, tersipu malu karena Kamiyama senpai keram menggodanya.
===========================================
#Kamiyama POV#
Ujian kelulusan hanya tinggal beberapa bulan lagi, para anggota osis mengajukan darma wisata, para murid kelas 3 pun menaggapinya dengan gembira, kami akan liburan selama 3 hari 3 malam, waktu yang cukup untuk menyegarkan pikiran dan tubuh yang sudah penat dengan berbagai ujian dan latihan soal persiapan menuju ujian masuk perguruan tinggi dan kelulusan.
Aku menoleh kebelakang. Mendapati Riisa dengan jepitan pita yang menahan sebagian poninya, terlihat manis kalau aku perhatikan wajahnya sedikit mirip dengan Reina, pacar Tower Kids. Gadis itu tertunduk, tak sadar kalau aku sedang memeprhatikannya. Tangannya sibuk dengan sumpit dan bekal yang dia bawa. Tingkahnya lucu dan sangat polos. Ada senyuman dibibirku yang mengembang, walau otakku berpikir mengapa bisa dizaman yang semodern ini ada anak perempuan yang tidak mengerti mode.
“Hoshii?” suara itu begitu nyaring terdengar, bibirnya bergerak dan tangannya menyodorkan bentou yang tadi dipegangnya.
Aku menggeleng. “Kau tau ya aku memandangi mu?” Tanyaku.
Dia hanya mengangguk. Lalu meneguk ocha yang dia bawa dari rumah. “Kau akan 1 kamar dengan siapa nanti?”
Aku mencerna dengan baik setiap kata-katanya. “Oh. Dengan Shigeoka Daiki kelas 3-1 dan Fujii Rusei kelas 3-2. Mereka sahabatku dari SD. Kau?”
Kepala Riisa menggeleng. “hitori de” ucapnya dengan pelan dan lirih.
=======================================================
“Baik, selama kita darma wisata, dimalam kedua kalian akan bebas menginap di kamar siapapun. Tapi ingat lelaki dengan lelaki dan perempuan dengan perempuan. Kalian bisa tidur hingga larut mala, tapi tidak boleh bergadang. Hanya itu peraturannya. Terimakasih”
Murasaki sensei menjelaskan peraturan malam darma wisata ini, walau terdengar konyol, tapi ini pasti akan menyenangkan, aku satu kamar dengan Shige dan Ryusei, tapi sepertinya mereka akan bermesraan ria dengan kekasihnya, jadi aku mungkin hanya akan menginjungi kamar Nozomu, karena kamar towerkids itulah yang paling mewah diantara kamar para murid.
Sebagian orang membubarkan dirinya dari hall besar ini, tapi sebagian murid berbincang-bincang dengan teman-teman mereka disini. Aku melangkahkan kaki, menuju sebuah kamar yang terletak paling ujung dari deretan, kamar nozomu dan kekasihnya, memang ada 2 kamar didalamnya, tapi kamar tersebut terhungung dengan sebuah onsen dibelakangnya. Onsen tertutup yang hanya bisa dinikmati oleh penghuni kamar tersebut.
“Nozomuuuuuuu~~ Nozomuuuuu” aku mengetuk pintu tersebut dengan malas, tak ada yang menjawab jadi aku memutuskan untuk masuk kedalamnya. Aku membuka pintu bernomer 200 itu kamar Nozomu, dia sudah memberitahukan ku sebelumnya.
Dikamarnya kosong, mungkin dia sedang membicarakan acara selanjutnya dengan para guru. Aku merebahkan diriku yang terasa lelah, lalu ku pasang headphone, dan memejamkan mata sejenak.
=====================================================================================
#Nozomu POV#
Mengatur kegiatan anak kelas 3 terus menerus membuat aku gila, mereka seperti anak yang brutal, susah sekali untuk diatur, tapi untunglah Reina membantuku, setiaknya dia memberiku semangat. Murasaki sensei telah selesai memberitau peraturan malam bebas ini, kami menyebutnya malam bebas karena semua murid peserta darma wisata ini akan bebas melakukan apapun yang mereka inginkan, asalkan masih dalam aturan yang wajar.
“otsukare, aku ingin segera kembali ke kamar dan tidur” Ucap Reina yang berdiri disebelahku, kepalanya tersandarkan dibahuku, para murid kelas 3 memang tau kalau kami pacaran, tapi tak satupun yang me memperdulikan hubungan kami, mereka terlalu asik dengan kegiatan mereka masing-masing.
“Nemasyou” Aku mengenggam lembut lengan Reina, dan kami berdua berjalan bersama menuju kamar. Sepanjang koridor penginapan ini, banyak sekali siswa siswi yang berbicara, tempat ini berubah menjadi koridor cinta disekolah. “Kakak mu dikamar 198 kan? Letaknya bersebelahan dengan kamar kita?”
Reina mengangguk, “tatta hitori de. Tak ada yang mau sekamar dengannya dan sepertinya dia juga tak mau sekamar dengan siapapun” Ucap Reina menjelaskan.
“Jyya~ Oyasuminasai” Reina mengecup pipiku dengan lembut, lalu melambaikan tangannya. Walau kamar kami sebelahan, rasanya malas untuk berpisah dengan gadis itu.
Aku membuka pintu kamar ku yang sengaja tak ku kunci. “BaKamiyama” Lelaki itu sudah melambung jauh kedunia mimpi, suara dengkuran lembutpun terdengar dari bibirnya yang tidak sexy.
“Nozomu-chan” aku mendengar suara Reina memanggilku dari luar kamar. Aku menyibakkan gorden yang menutupi kaca jendela tersebut.
“Sttttt. Jangan berisik, ada apa?” Tanya ku padanya.
“Aku ingin berendam, kau mau ikut?”
Aku melihat kaki jenjang Reina tidak terbungkus kaos kaki panjang, tubuhnya hanya terbalut oleh handuk berwarna putih.
Aku mengangguk, lalu kuambil handuk yang disediakan oleh pihak penginapan. “tapi jangan berisik, Kamiyama senpai ada disini” Ucapku mencoba menjelaskan situasi yang kita berudua hadapi.
Reina mengangguk, lalu mulai memasukkan kakinya kedalam kolam air panas tersebut. “Kimochi” Ucapnya ketika seluruh tubuhnya sudah benar-benar masuk kedalam air tersebut.
Handuk yang basah itu membuah ceplakan disetiap lekuk tubuhnya, Tubuh Reina semakin terlihat sexy. “Ikimasu~” aku ikut masuk dan duduk disebelahnya, Ichiko menyandarkan kepalanya di bahuku, aku mengusap dengan lembut rambut hitam gadis ini. “Aku punya pertanyaan untukmu”
“Heh? Apa?” Tanyanya sembari menatap ku dengan bingung.
“Kau tau? Kita sudah jadian sejak lama, kita juga sudah berciuman, tapi aku sama sekali tidak pernah mendengar kau bilang cinta padaku” Ucapku dengan bodoh.
Selama ini aku selalu berpikir kalau aku mencintai Reina, au sering sekali mengirim email padanya dengan kata-kata yang manis dan juga dengan kata-kata cinta, aku sering bilang kalau aku mencintainya, tetapi dia sama sekali tidak pernah bilang kalau dia mencintaiku, setiap aku memujinya dia hanya berkata ‘terimakasih’ hanya itu yang dia ucapkan, tak lebih dari sebuah kata ‘terimakasih’.
“Heh? Harus kah aku mengatakannya?” Tanyanya.
Keadaan memburuk, tatapan Reina tak seperti yabg biasanya, tak ada kehangatan lagi disana, hanya ada….
“Disini, perasaan cinta kepadamu tersimpan besar disini. Kau bisa merasakannnya? Detak jantungku yang berirama, sangat kuat dan kencang seperti cintaku kepadamu”
Aku terdiam, selama ini Reina sosok yang sangat manis bagiku, dia jarang sekali bersikap dewasa dalam perkataan, bahkan dama urusan osis sekalipun dia sering menjelaskan dengan gayanya yang seperti anak-anak.
“Anata no koto wa tottemo baka, shikasi anata no koto ga daisuki” senyuman itu mengembang ditengah uap yang menyebar disekitar kami. aroma terapi dari minyak yang sedikit dituangkan kedalam kola mini tercium semerbak dihidungku.
Tangan ini dengan sendirinya memeluk gadis itu, memeluk dengan dekapan yang penuh kasih sayang. “Hayaku Kissushiteyo”
Suara manis itu berbisik ditelingaku. Posisi kami saling berhadapan, bibir kami terpaut, ciuman ini sangat mesra, bibir lembutnya menyentuh bibirku, memberikan sensasi kelembutan yang berbeda dari yang sebelumya.
Tangan Ichiko memulai memainkan leherku, menaikan adrenalinku untuk sedikit melakukan permainan dengannya.
“Bolehkah?” Tanyaku padanya. Tanpa melepaskan pelukannya dia mengangguk dengan yakin. Memberikan isyarat perizinan kepadaku.
Ciuman ku terus turun ke lehernya, dia membiarkan lidahku juga bermain dengan lehernya yang putih mulus. Reina memeluk erat tubuhku, membuat posisinya semakin rapat dengan tubuhku.
“Sini biar aku bantu” Aku mengangkat tubuhnya, membiarkan gadis itu berada diatas pangkuanku, membuat tubuh kami benar-benar rapat tanpa jarak.
“Uhhhh.. ahhhh..” Desahan lembut itu mulai terdengar dari bibir kecil Reina. Adrenalin ku semakin meningkat. Dia meletakkan tanganku didadanya. Tanpa aku mengerti maksudnya. Aku membuka kaitan kecil handuk yang menghalangi tubuhnya itu. Dengan sekali sentuhan, sudah tidak ada lagi sehelai kainpun yang menutupi tubuhn Reina.
Reina mengigit bibir bawahnya, menahan rasa geli yang menggairahkan, sensasi dari gigian dan sapuan-sapuan kecil yang buat dengan lidah dileher dan dadanya.
Tangan Reina kini bermain dengan rambutku, menjenggut rambut ku dengan nakal dan lembut. Kini gadis manis itu memberikan sentuhan ciuman lembut ala wanita yang begitu manis dihelerku. Sesekali leherku dibuatnya memerah karena gigitan kecil yang dibuatnya.
“Ahhh” aku merasakan tangannya meremas junior ku. tanpa sadar handuk yang menutupi bagian bawah tubuhku sudah berada jauh dari posisi kami.
Dada Reina yang cukup besar membuat aku tak kuasa melihatnya, dengan segenap kekuatanku aku memasukkan mulutku kedalamnya, dengan lembut aku menghisap dada tersebut. “Uhh. Kotaki” Dia meremas dengan kencang juniorku membuah aku juga mengerang nikmat dibuatnya.
Aku mengisap dadanya lebih cepat dari sebelumnya, dengan sedikit permainan aku memilin bulatan kecil yang ada ditengahnya, lalu ku mainkan dengan lidahku. “Kotakii. Motto. Uuhh kimochi” Ichiko menarik lenganku lalu menuntun lenganku kearah daerah vnya.
Aku mengelus lebut bagian itu, membuat dia menggeliat dan terus berteriak dengan sexy. Perlahan aku memasukkan jariku, pertama 1 jari. Dia sedikit merasa kesakita, lalu 2 jari sekaligus.
“Ahhhh. Itaaiii” Aku memberikan ciuman lembut untuk menetralisir rasa sakit yang ku buat. Perlahan aku mulai mengeluar masukkan jariku kedalam lubang di vaginanya.
“Motto motto” Ucap Reina sambil terus memejamkan matanya, menikmati kenikmatan yang aku berikan.
Reina mulai mengocok junior ku, perlahan-lahan kemudian semakin cepat. Kami berdua saling merasakan kenikmatan yang diberikan oleh masing-masing dari kami.
“Motto, aku ingin keluar” Ucap Reina dengan cepat, tak lama aku merasakan cairan hangat berwarna putih mengalir keluar melalui tanganku. “Ahhh”
Reina menghela nafas yang berat, tangannya masih terus mengocok junior ku dengan cepat, sedangkan tubuhnya bersadar lelah didadaku.
“Ahhhhhh” Cairan itupun keluar begitu saja setelah beberapa menit gadis itu mengguncangnya dengan sangat lugas.
“Owatta. Arigatou na” Aku mengecup kening Reina dengan lembut, lalu kami berani berendam sambil saling memuaskan satu sama lain.
=====================================================================================
#Kamiyama POV#
Tubuhku menjadi begitu bersemangat setelah aku mendengar Chieri akan pindah ke Luar Jepang, sepertinya dia akan ikut bersama dengan papanya yang dia bilang keturunan belanda. Sekolah hari ini tak akan ada lagi suara berisik dan bentou yang rasanya uhhh seperti muntahan itu, sejujurnya aku tak pernah memakan bentounya, hanya saja dia selalu merengek agar aku menerima bentou buatannya.
“Heiii. BaKamiyama senpai. Sabtu ini aku akan pergi ke kedai es krim didekat sini, ada paket couple loh dapat tambahan scoop dan topping. Mau ikut?” Tower kids datang menghampiri aku yang sedang sendiri menyeruput sekotak susu dingin yang baru saja ku beli.
“Chieri sudah pergi, tidak ada yang bisa aku ajak bersama ku. pergilah sendiri” Ucapku dengan malas.
Wajah Nozomu tersenyum nakal “ada Riisa, ajak saja” Bisiknya dengan nakal jiga ditelingaku. Aku berpikir sejenak. Bisa saja tapi bagaimana mengajakknya, aku ini bukan lelaki yang mudah mengajak wanita, biasanya wanita yang mengajakku.
“Kenapa diam? Apa kau takut? Payah”
Ucapan Nozomu menyudutkanku. “Bakayaro. Tentu saja aku bisa” aku berbalik, meninggalkan dia yang masih berdiri tertegun disana.
Pikiran ku seketika menjadi kacau, dengan gengsi aku menerima ajakan nozomu tanpa memikirkan nasib ku sendiri. Sekujur tubuhku berkeringat, perlahan ku pastikan langkah untuk mendekatinya.
“Nani?” Tanyanya ketika aku sudah sampai disisinya, keringat disekujur tubuhku semakin menjadi.
Ku tarik nafas dengan panjang. “Sabtu ini aku ingin meneraktirmu makan es krim, kau mau kan?” aku terdiam, tak berani menatap wajahnya. Keringatku semakin mengucur dengan deras.
Anggukan pertanda ‘iya’ keluar dari kepala Riisa. “Okeh. Jam 10 disekolah ya. Mata ashita” Aku mengambil tasku dan segera meninggalkannya.
======================================
#Nozomu POV#
Aku menggandeng lengan Reina dengan lembut, dari kejauhan kami berdua dapat melihat sosok cantik Riisa, sadako cantik itu menggunakan dress selutut berwarna biru dengan lengan balon dan membawa tas kecil berwarna pink, dengan sepatu flkat berwarna putih dengan pita didepannya membuat tampilan gadis itu simple dan sangat menarik.
“Maaf kami lama ya Neechan” Reina berdiri dan tersenyum dengan manis menyapa kakaknya itu. Aku melihat Riisa hanya mengangguk mengiyakan permintaan maaf Reina.
Gadis itu kemudain bercaka-cakap membuat ku sedih harus menunggu sendiri. “BaKamiyama senpai mana ya?” Tanya ku pada kedua gadis manis tersebut.
Riisa menggeleng dan mengangkat bahunya. “Coba kau e-mail atau telepon” Saran Reina.
Aku membuka ponselku dan mencoba meneleponnya, tapi berkali kali aku meneleponnya aku sama sekali tidak mendapatkan jawaban yang ku tunggu-tunggu. Berulang kali aku mengirimnya e-mail tapi tak satu pun dijawab.
“Kalian pergi saja dulu. Aku akan menunggunya disini” Suara itu terdengar kencang dan yakin. Aku menatap Reina, Reina pun mengangguk.
“Okeh ini alamatnya, dekat dengan sini kok. Kami duluan ya” Ucap Reina dan menggandeng lenganku.
=====================================
#Kamiyama POV#
Aku melihat jam yang terpampang besar di ruang tengah, 10.20 AM. Aku tercekat, mengingat seseorang, terlintas seorang gadis yang baru saja hadir didalam mimpiku, Riisa. Kami berudan kencan bersama dengan Nozomu dan Reina, disebuah kedai es krim dekat sekolah. Aku melangkah dengan lamban. Lalu mengambil ponselku, 20 panggilan tak terjawab 15 pesan masuk.
“Kau dimana BaKamiyama? Kita sudah janji akan double date di kedai es krim dekat sekolah. Kau sudah telat 10 menit”
Aku terbelalak melihat pesan yang dikirimkan oleh Nozomu, dengan cepat aku mencuci mukaku. Tak ada wantu untuk memilih pakaian, aku mengambil mengambil kemeja berwarna biru muda, kaos hitam yang ku kenakan tidak ku buka, aku menggunakan kemeja itu tanpa mengancingnya, memang style dasar, tapi kurasa cukup. Aku memadukannya dengan jeans dan sebuah jam tangan berwarna hitam. Setelah mengantongi dompetku, aku mengenakan sepatu high shoe keluaran dari nike berwarna putih. Dengan cepat ku kunci apartemen kecil ku dan meninggalkannya.
Diperempatan jalan menuju sekolah aku melihat sebuah toko bunga, “Tolong buatkan satu buah buket mawar merah dan tolong cardnya”
Sang penjaga toko menyiapkan buket tersebut, aku menuliskan kata-kata yang sebelunya tak pernah terpikir oleh ku. begitu semuannya selesai aku berlari sekencang yang ku bisa untuk segera menemuinya.
“Riisa. Maaf aku ketiduran” Aku terpana setengah mati melihat gadis itu, tampak sangat manis dari biasanya. Walau wajahnya masih tertunduk, tapi pemandangan langka ini begitu menabjukkan bagiku.
“Untukmu, ada cardnya, tapi jangan dibaca dulu sebelum kita sampai” Aku memberikan buket bunga tersebut. Dan berjalan berdampingan dengannya. Mungkin ini pertama kalinya aku mengajak jalan wanita, dan untuk pertama kalinya juga aku memberikan bunga yang ku beli dengan uang ku sendiri.
“Hei. Hei Hei. Mau kemana gadis cantik?” segerombolan yankee datang mendekati kami. aku menyuruh Riisa untuk berlindung dibelakangku. “Upps, ternyata sudah punya kekasih ya. Mungkin sedikit menyentuhnya tak apa kan?”
“Mau apa kalian? Jangan ganggu kami” Ucapku sambil terus memperhatikan setiap gerak-gerik para yankee tersebut.
Mereka mengepung kami, salah satu dari mereka memegang pisau, batin ku benar-benar takut, tapi aku tak bisa membiarkan Riisa diganggu. Bagaimanapun aku akan melindunginnya.
Buuuggghhhttt
Seseorang meninji perutku, “Uhhh” aku meringis sakit, ku pegang perutku. Aku memang tidak hebat dalam pertarungan. Tapi aku tetap melindunginnya, bagaimanapun aku akan melindunginya.
“Pacarmu payah! Lebih baik kau ikut kami” Seseorang dari mereka menarik lengan Riisa.
“Kamiyama” teriaknya, wajahnya takut. Tapi tersirat sedikit kekhawatiran dari daut wajahnya.
Buuuggghhttt
Kali ini aku yang beraksi. Ku tinju dengan sekuat tenaga yang ku punya.Aku tak menyangka, tinjuanku membuat hidung yankee tersebut berdarah.
Buuggghhhttt. Buuggghhhhttt
Satu orang dari mereka memegangi tubuhku. Lalu tinjuan dan tendangan berturut-turut mendarat disekujur tubuhku. Sakit, rasanya begitu sakit dan perih.
“Kamiyama~ Yamette yo. Onegaishimasu”  Suara Riisa terdengar menyedihkan, pandanganku sudah samar, aku hanya bisa melihat dia dipegang oleh seseorang. Tubuhku goyah dan jatuh.
“Masih mau menolong pacarmu hah? Bagaimana kalau kami menciumnya sedikit saja” Yankee bertubuh besar dengan pisau ditangannya itu mendekat, dan meraih wajah Riisa.
“Yamette!” Ucapku. Dengan menahan rasa sakit aku bangkit dan mencoba menghampirinya.
Buuuggghhhttt
Aku meninju lelaki itu lagi. “Kau boleh memukulku sekeras apapun yang kau mau asalkan jangan sentuh dia!” Ucapku.
“Grrrr~ Kono Yarooo”
“Uhhuuukkk” darah segar keluar dari mulutku, aku benar-benar lunglai, pandanganku semakin samar. Lalu diriku terjatuh begitu saja.
Yankee itu pergi, meninggalkan sebilah pisau yang masih menancap di perutku. Aku menarik pisau tersebut. Rasanya begitu sakit ketika pisau itu keluar dari tubuhku, Riisa ada disampingku, menganggkat kepala ku keatas pahanya.
“Kamiyama, kau harus bertahan” Tak pernah aku melihat wajahnya sepanik itu, air mata itu mengalir dari matanya.
“Riisa…”
“Ya? Kamiyama. Ku Mohon. Aku minta kau bertahan. Ku mohon” Ucapnya dengan panik.
“Hari ini aku senang sekali melihat sikap aslimu, dan hari ini kau manis sekali. Maaf kalau kencan kita batal. Aku ingin kau mendengar kau bilang perasaan mu kepadaku. Katakan seperti biasa. “Anata no koto ga…”
“Kamiyama, ANATA NO KOTO GA DAI…
… Suki”
Aku tersenyum. Puas dengan apa yang dikatakannya. Aku yakin itu adalah jawaban yang tulus dari dalam hati. Perlahan mataku terpejam dan semuannya menjadi gelap.
====================================
#Nozomu POV#
10.55 AM. Aku melirik jam ditangan, merasa aneh menunggu kedatangan yang harusnya berduaan disini.
“Mereka kemana? Aku akan coba meneleponnya”
Aku mendial nomer Kamiyama senpai dan tak ada yang menjawab. “Telepon ku tidak diangkat, atau mereka kencan ketempat lain?” tebakku.
Kini Reina mendial nomer Riisa. “Biar aku yang telepon Neechan” Ucapnya lalu mendekatkan ponselnya ketelinga.
“Moshi-moshi, Riisa Neechan. Dimana?” Tanyanya. “Baik aku segera kesana”
Wajah Reina panik, dengan cepat dia menarik lenganku,berlari keluar café tersebut. Reina terus berlari, nafasnya tak beraturan, lengannya tetap memegang lenganku dengan kuat. Setelah sekitar 5 menit berlari kami berhenti didepan sebuah rumah sakit.
Reina berlari menuju dalam rumah sakit, dia terus berlari sampai bertemu dengan Riisa didepan ruang IGD. “Kamiyama senpai mana?” Tanya Reina panik.
Riisa menunduk dan menjunjuk kedalam ruang tersebut. Reina menarik lengan ku dan lengan Riisa. Masuk untuk memastikan Kamiyama senpai.
Air mata berlinang, Reina pun tak ketinggalan mengeluarkan air mata, Dokter telah memastikan kalau Kamiyama senpai tak selamat karena kehabisan darah dan luka tusukan yang dalam hingga menembus ke organ bagian dalamnya.
“Sekolah sudah menghubungi keluarganya” Ucap Riisa dalam pelukkan Reina. Reina tak henti-hentinya mencoba menenangkan kakak kandungnya itu.
Aku mengambil sebuah buket mawar yang terletak disebelah jenazah Kamiyama senpai. “Dia memberinya untukmu?” Tanya ku pada Riisa.
Dia mengangguk. Dia mendekati wajah Kamiyama senpai, mengelap darah yang ada ditepi bibir Kamiyama senpai dengan lembut dengan saputangannya. Air mata tak henti-hentinya mengalir.
“Anata No Koto Ga Daikirai” itu yang pertama kau ucapkan padaku, dibenci olehmu adalah hal yang menyenangkan untukku. Maaf untuk hari itu, tapi kau sangat lucu. Bahkan saat kau bilang “Anata no koto ga daikirai. Kedo kyou wa arigatou” itu membuat ku sangat senang. Dan walau kau akan terus berkata “Anata no koto ga daikirai” tapi aku akan berkata “Anata no koto ga DAISUKI”
Air mata itu mengalir dari mata Riisa. “BaKamiyama, okitte yo! Okitteeeeeeeeeeeee” dia berteriak tak terkendali, Reina memeluknya dengan keras, tapi tubuhnya terus mengguncang tubuh Kamiyama senpai yang sudah tak bernyawa. Keadaan menjadi sangat kacau.
===============================================
Life is not Fair for you. But We are still Family
“Okaasan, Okaasan. Kapan kita akan bertemu dengan Obachan lagi? Aitai yo” Ichiko berteriak merenggek pada ibunya, gadis berumur 3 tahun itu memakan peremennya dengan lahap. Ibunya hanya tersenyum.
“Hmm, ashita?”
Ucapan sang Ibu membuatnya berjingkrak-jingkrak kecil, “Tapi kita tanya Otousan dulu ya” sambung sang Ibu dan menghampiri suaminya.
Sang ayah mengangguk dengan yakin. “besok kita kesana” Ucapnya dengan yakin.
==============================================
Ichiko melirik tajam kepada ibunya. “Untuk apa bunga mawar tersebut?” tanya Ichiko pada ibunya.
“Tanyakan pada Otousan saja” Ucap sang ibu.
“Hei Reina, kenapa tidak kau yang menjelaskan?” lelaki itu merangkul istrinya dengan mesra, membuat Ichiko kecil tersenyum geli melihat tingkah orang tuanya itu.
“Bakayaro. Nozomu Bakayaro. Ichiko-chan, Obachan sangat suka pada mawar merah.” Kini wanita dengan wajah lembut keibuan itu menjelaskan pada anak pertamanya.
Dengan menaiki bus mereka pergi bersama menuju sebuah tempat. “Riisa Neechan” Ucap Reina dengan pelan dan nyaris tak terdengar.
Keluarga kecil tersebut berjalan di dalam sebuah koridor. Aroma bau itu mulai tercium, semua orang yang ada dikoridor tersebut tersenyum dengan aneh menatap mereka. Reina mengenggam lengan Ichiko dengan erat, dan Nozomu setia melindungi keduanya.
“Neechan, Riisa Neechan” Suara Reina menggema disebuah kamar dengan Riisa didalamnya.
“Obachan. Genki?” Ichiko mendekat dan menyapanya dengan manis.
“Genki ka sadako cantik?” Tanya Nozomu menyapa.
Riisa hanya diam, dirinya sudah ada dirumah sakit jiwa ini selama kurang lebih 10 tahun yang lalu. Semenjak kejadian itu dirinya menjadi tak terkendali, terlebih setiap melihat pisau didekatnya, dia akan mengamuk hingga melukai banyak orang.
Selama ini Nozomu dan Reina lah yang dengan setia mengunjungi Riisa, walau dulunya keluarga Yanagi masih sering menjengkuknya tapi seiring berjalannya waktu mereka menghilang begitu saja.
“Kau sudah makan Riisa Neechan?”
Riisa terdiam, menjudutkan diri dipojok kasur, kakinya dilipat. Dia menggeleng. Wajahnya pucat pasi, rambutnya panjang sepinggang dan menutupi semua tubuhnya. Kini dia benar-benar terlihat seperti sadako. Reina tak kuasa melihat pemandangan yang menyakitkan itu, air mata menitik dari matanya. Nozomu merengkuh istirnya tersebut.
“Akai bara?” sebuah kalimat keluar dari bibir pucat Riisa. Nozomu memberikannya. Dia menerimanya. “BaKamiyama” Ucapnya lagi. “BaKamiyama, anata no koto ga dai…
…KIRAI!”
====================================

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Welcome To My Blog