Minggu, 12 Agustus 2012

Fanfiction NC-15 ‘Anata No Koto Ga…’

Fanfiction
Title       : Anata No Koto Ga…
Genre   : Romance
Ratting  : NC-15
Author  : Lisa Wulan Novianti
Cast       : Kamiyama Tomohiro (7west) x Yanagi Riisa (OC), Kotaki Nozomu (7West) x Hagiwara Reina (OC)
Disclaimer : anak 7WEST adalah anak 7WEST, Riisa oc punya ku dan Hagiwara Reina Oc pinjem dari Ucii
Warning : Ini fiction jangan dibaca anak kecil, ada adegan SMUTnya, terus ini fict pertama NC 7WEST  jadi mohon maaf kalo fail banget.

Anata No Koto
Suasana kelas tiba-tiba menjadi hening ketika Murasaki sensei datang dengan setumpuk kertas ditangannya. Sensei yang terkenal galak itupun masuk dan menuliskan sebuah nama di papan. “Yanagi Riisa” anak-anak dikelas 3-3 pun membacanya dengan pelan.
“Namanya Yanagi Riisa, dia pindah dari Kanagawa, bertemanlah dengan baik dengannya. Yanagi-san ada yang ingin kau katakan?” Tanya Murasaki sensei dengan nada yang tegas.
Gadis berambut sebahu itu menggeleng, poninya yang panjang menutupi hampir semua bagian wajahnya.
“Baiklah, kau bisa duduk dibelakang sana” Ucap Murasaki sensei sembari menunjuk bangku paling pojok dan paling belakang.
“Hahaha. Itu tempat Misaki dari anime another, mungkin dia akan menjadi Misaki didunia nyata” Ucap seorang gadis berambut kriting ala gyaru, dengan make up yang tebal.
“Apa yang kau katakan hah? Jaga mulutmu baik-baik!” Murasaki sensei membentak gadis itu.
Sedangkan Riisa tidak memperdulikannya, dia berjalan dengan pelan menuju bangku kosong yang terletak dibelakang itu. Lalu diletakannya tas kecil dipenyangga yang ada disamping bangku dan duduk dengan tenang.
“Kamiyama Tomohiro, yoroshiku ne~” seorang lelaki yang tingginya sekitar 170 cm itu menyapa Riisa. Riisa hanya mengagguk tanpa menatap Kamiyama, dan tanpa membalas uluran tangan yang diberikan oleh Kamiyama.
================================================
#Kamiyama POV#
Wajah gadis itu tak terlihat sepenuhnya, sudah seminggu sejak dia ada dikelas ini, tapi seseorangpun tidak ada yang mendekatinya. Setiap hari dia hanya datang, saat istirahat dia memakan bentou yang dibawanya, lalu saat bel pulang sekolah dia pulang begitu saja. Tanpa seseorang pun yang memperdulikannya, dia jadi terlihat seperti sosok Misaki dalam anime another, dianggap tak ada walau sebenarnya dia ada.
“Kami-chhhaaann” Aku mendengar suara melengking itu lagi, dia tak lain tak bukan adalah Masuda Chieri, gadis kelas 2-1 yang menggilaiku, entah mengapa Chieri begitu menyukaiku, tapi kenyataannya aku memang keren ‘mungkin’.
“Aku membawa bentou untuk mu” Sebuah kotak bantou diberikan kepadaku, kotak bentou yang sama setiap harinya. Aku membukanya, dan melihat beberapa meetball dan menu yang lainnya.
“Terlihat enak, arigatou. akan ku makan dikelas. Jyaa~” Aku memasuki kelas, Chieri masih saja memperhatikan ku dari luar kelas.
Bruuuukkkk
“Bakayarooooooo. Kalau jalan matamu dipasang”
Bentou itu semuannya berantakan dilantai, didalam kotaknya tak ada satupun yang tersisa, hanya sisa beberapa bulir nasi yang menempel di kotak tersebut.
“Araaaaa” Chieri masuk begitu saja kedalam lalu tangannya mulai meraih rambut gadis misterius itu. Sedangkan Riisa hanya meringis kesakitan.
Untuk pertama kalinya aku dapat melihat wajahnya, mata yang besar, bibir yang hmm, menurutku sedikit sexy. Pipinya memerah, seperti memakai blush on, tapi rasanya dia tidak menggunakan bedak atau riasan apapun diwajahnya.
Riisa terus meringis, tapi tak satupun kata yang keluar dari dalam mulutnya. Hanya ringisan sebagian dari expresi rasa sakit yang dia terima.
“Yameyo! Bukan salahnya. Ini salahku” Ucap ku sembari menari lengan Chieri. “Kembalilah kekelasmu, biar dia kau yang urus. Dan kau ikut aku”
Aku menarik lengan Riisa. Dia hanya mengikuti aku berjalan, tak ada perlawanan sedikitpun yang dia berikan. Aku membawa gadis ini menuju koridor. Disini ramai tapi aku yakin tak satupun orang akan memperdulikan kita, karena koridor sekolah ini adalah koridor cinta, banyak pasangan yang saling mengobrol dengan romantic disini.
Sekolah kami memang memiliki kebiasaan aneh, menjadikan koridor sebagai tempat kencan para murid sampai guru konon sudah dilakukan sejak sekolah tersebut berdiri. Tanpa pengetahuan yang jelas tentang kebiasaan tersebut, pihak sekolah tidak mempermasalahkan hal tersebut, asalkan kedekatan kami tidak lebih dari berdekatan dan berpegangan tangan.
Aku menyudutkan tubuh Riisa disebuah tembok. “katakan sesuatu” Perintahku padanya. Dia hanya menunduk, membuat wajahnya semakin tertutup oleh poni rambutnya yang panjang.
Aku mendongkak wajahnya, lalu ku sibakan rambut itu. “Katakan sesuatu atau aku akan menciummu” ucapku lagi. Sembari memegang dagunya yang mulus.
Gadis itu tetap sajua diam, tatapan matanya sama sekali tidak melihat kearahku. Dia membuang pandangannya. “Kau benar-benar ingin ku cium ya?” Ucap ku lagi membuat geretakan padanya.
Aku mendekatkan wajahku, perlahan jarak wajah kami semakin dekat. Riisa masih tidak memandangku. Kini jarak wajah kami hanya tinggal beberapa mili. Mungkin jika ada angin yang meniup tubuhku kami akan benar-benar berciuman.
“Yamette! Anata no koto ga…. Daikirai!”
“Heeeehhhh? Ck, kau ini kenapa sih? Wajahmu cantik, tubuhmu bagus, rambutmu indah. Lalu kenapa kau menutup diri seperti itu? Lihat dirimu, rokmu terlalu panjang, lalu baju mu, ini terlalu longgar. Wanita tak seharusnya seperti itu”
Gadis itu menatap sekelilingnya, lalu tatapan matanya yang menunjukan kerisihan menatapku. Aku menjadi tak karuan, rasanya tak pernah aku berkata sangat teliti seperti itu kepada seorang wanita, lalu aku juga tak pernah ditatap dengan tatapan risih seperti itu. Rasa ini tidak menyenangkan sekali.
“Ck, katakan sesuatu lagi. Kenapa kau diam saja?” Tanya ku lagi, tatapan mata Riisa masih sama seperti tadi, masih menjijikan.
“Anta no koto ga DAIKIRAI” Riisa menampis tanganku yang menguncinya di tembok tersebut. Lalu gadis itu melangkah menuju kelas kami, seolah hal tersebut tak pernah terjadi disana. Sepanjang perjalanan hidupku, aku tak pernah mendengar seorang gadis membenciku, kebanyakan dari mereka menyukaiku.
=========================================
Hujan deras hari ini mengguyur kota Osaka, beberapa jam pelajaran aku tak dapat berkonsentrasi, 3 hari setelah kejadian itu, Riisa tak pernah membicarakannya, dan satu hal lagi, dia juga masih bernasib sama dengan Misaki dari anime Another, dianggap tak ada walau sebenarnya ada.
Bel pulang sekolah pun berbunyi, sialnya hari ini hujan tak juga berhenti. Aku menunggu didepan loker sepatu, menuju hujan yang tak kunjung mereda.
“Kamiyama senpai. tidak pulang?” Nozomu dengan tubuh tingginya menghampiriku. Aku mendongkak wajahku, karena kalau berbicara dengannya aku harus sedikit mendangak, maklum anak kecil yang satu ini berbeda 12 cm denganku.
“Menunggu hujan reda Tower-kids. Kau?” Tanya ku padanya.
“Menunggu kekasihku. Senpai bonsai”
Ucapannya membuatku tersenyum dengan miris. “jangan dekat-dekat, nanti ada yang mengira kalau kita ini pacaran” aku mendorong tubunya menjauh dari posisiku. Tak lama seorang gadis meneteng payung bening dengan motif hati disekitarnya.
“Senpai, Hagiwara Reina, kekasihku. Kami jadian sekitar seminggu yang lalu. Dia baru pindah dari Kanagawa”
Kata demi kata yang diucapkan Nozomu terdengar jelas ditelingaku. Nama keluarga mereka memang berbeda, tetapi Riisa juga pindah dari kota yang sama dengan Reina. Lagi-lagi kepala ku penuh dengan gadis misterius itu lagi.
“Etto, Nozomu, bisa ku pinjam payungmu? Kau berdua pakai 1 payung bisa kan?”
Nozomu mengangguk, lalu mereka mulai berjalan berdua, adik kelas ku saat SMP dan SMU kini tumbuh menjadi lelaki yang romantic, dia merangkul kekasihnya itu, membuat tubuh gadis itu lebih rapat lagi dengan tubuhnya. Mereka berdua perlahan mengilang ditengah derasnya hujan.
======================================
#Nozomu POV#
Kamiyama senpai memang mengerti mauku, entah dia senpai yang paling mengerti diriku, tak salah aku bertemu dengannya. Keadaan ini membuat ku sangat senang.
“Oiya, ku dengar kakak mu sekolah disekolah SMU ini juga ya? Siapa namanya? Kau tidak mengenalkannya padaku?” tanyaku disela-sela deranya hujan.
“Nama kakak ku Riisa, dia sangat cantik loh, kalau kau melihatnya kau pasti naksir” Ucap Ichiko dengan pelan.
“hah? Apa? bisa kau lebih keras? Suara hujan sangat menganggu”
“Nama kakak ku Riisa, dia sangat cantik” Ucap Reina dengan nada yang lebih keras.
“Hah? Nani? Mou ichido onegaishimasu”
Reina berjinjit, lalu sedikit berteriak di telingaku, tapi karena tubuhku bergeser, tiba-tiba saja bibirnya menyentuh pipi sebelah kiriku.
Rosa tertunduk, aku tak dapat jelas melihat wajahnya, tapi pasti wajah gadis kecil ini sangat merah padam. “Gomen” ucapnya dengan pelan.
Aku tersenyum, lalu ku tatap wajahnya “Harusnya aku minta maaf, aku terlalu tinggi” ucapku dengan polos, karena tubuhku yang terlalu tinggi membuat banyak orang harus mendongkak wajahnya atau berjinjit. Itu sebabnya Kamiyama senpai memanggilku ‘Tower-Kids’. “Tapi aku senang, itu ciuman dipipi pertama yang kau berikan”
“heeehhh? Kau senang?” Tanyanya dengan wajah yang imut.
Aku mengangguk dengan yakin. Kini lengannya berada di pinggangku, aku pun merangkul pinggang Reina, tubuh kami semakin merapat lagi. “Ii desu ka?” Tanyaku pada gadis yang ku sukai itu.
Reina mengangguk, kami berdua berhenti ditepi jalan, hanya beberapa blok sampai kerumah Reina, aku menatap gadis itu. Dia mengangguk dengan yakin. Aku semakin mendekatkan wajahku, lalu bibir kami saling bertautan, dinginnya hujanpun terasa hilang begitu saja oleh kehangatan sebuah bukti kasih yang kami ciptakan berdua.

“Arigatou na. payung mu ku pinjam ya, besok ku bawa. Bye” Ucapku ketika Reina sudah ada di dalam rumahnya, menatapku dari balik jendela sembari tersenyum manis.
Aku berjalan, menuju rumahku, tapi aku berniat mampir kerumah Kamiyama senpai untuk mengambil payungku yang dipinjamnya. Semoga saja dia sudah sampai rumah.
============================================
#Kamiyama POV#
Aku membuka payung yang dipinjamkan oleh Nozomu, dan mulai menembus hujan yang sepertinya tambah deras.
Kakiku melangkah dengan pelan, desiran angin yang kencang memperlambat laju jalanku. “Areee???”
Melihat tubuh Riisa yang basah kuyup dan menggigil aku mendekatinya, kaki ku berjalan dengan begitu saja, “Daijoubu?” Tanyaku sembari memayungi tubuhnya yang ada dibawah pohon besar yang ada diujung sekolah.
Aku mendekatkan wajahku, mencoba melihat wajah gadis itu, pendangan kami sedikit terganggu karena hujan juga membasahi wajahku. “Astaga”
Tubuh Riisa menggigil dengan dahsyat, matanya tertutup. Seperti mayat hidup yang menggigil, wajahnya pucat sekali. Aku tak mau melakukan apa-apa untuk gadis ini, tapi kalau aku tidak melakukannya dia akan mati kedinginan disini.
Aku meletakkan payung tersebut di sisiku. Dengan sekuat tenanga aku menganggat tubuh Riisa yang tidak terlalu berat, tubuhku jadi ikutan basa karena hujan juga masih mengguyur Osaka. Seperti tak ada ampun, angin dan petir pun ikut andil memberi kemeriahan suasana hujan hari ini.
Dengan sulit aku mengambil kunci apartemen kecil kau disewa oleh orang tua ku ini, mereka telah meninggalkan Osaka 1 minggu sebelum aku masuk kekelas 3. Aku tidak ikut mereka pindah, karena akan sangat merepotkan pindah di waktu kelas 3.
Aku meletakan tubuh Riisa yang masih terus menggigil, aku membuka jasnya yang sudah basah, lalu ku masukan kedalam keranjang cucian bersama dengan baju jasku. Aku membuka dasi pita merah yang dipakainya, lalu kancing pertama pun terbuka, aku melanjutkan membuka kancing kemeja tersebut, alau takut aku memberanikannya karena kalau dia tetap dalam keadaan yang basah maka dirinya akan membuat dia sakit.
Aku menatap tubuh gadis itu yang hanya menggunakan bra berwarna pink dan cd berwarna ungu muda tersebut. Tubuhku bergetar dengan hebat, sebelumnya aku tidak pernah melihat hal tersebut secara langsung, dadaku berdegup dengan keras. Aku melihat beberapa tanda, tidak lebih mirip dibilang bekas luka sayatan atau goresan benda tajam, lalu beberapa bekas jahitan di lengan bagian atas, perut dan paha. Walau keadaan udara dingin, tetapi tubuhku berkeringat dengan hebat. Dengan perasaan khawatir aku memakaikan kaos ku dan celana piama pada tubuh Riisa yang sudah kering.
Aku juga telah mengganti pakaian ku yang basah, sembari mengeringkan seragam kami yang basah, aku membuat nasi kare, makanan paling mudah dibuat bagiku, selama ini aku hanya makan diluar, tidak ada yang pernah memasak untukku selain Chieri yang membuatkan bentou.
Tingtooonnnggg
“Are? Sedang apa kau disini?” Towerkids itu masuk tanpa ku perintah, dia dengan santai duduk di sofa kecil yang ada diruang tengah.
“Pinjam bajumu ya senpai” Nozomu berjalan menuju kamar ku.
“Biar aku yang ambilkaaaann” Aku menahan bocah menyebalkan itu didepan pintu kamar ku. nozomu tidak bolah sampai tau kalau aku membawa wanita kedalam kamarku. Dia akan terus-terusan membicarakannya.
“Eh? Kare mu nanti hangus loh” Nozomu mengendus-endus seperti anak kelinci, memang mulai tercium bau kering dari arah dapur.
“Yabeee~ jangan masuk kau harus menungguku!” aku berlari menuju dapur, mematikan kompor dan segera berlali kembali lagi depan kamar.
Aku mendapati wajah Nozomu sudah aneh, dia pasti melihat Riisa. Tower kids itu memang bodoh dan menyebalkan. “kenapa kau?” tanya ku dengan nada yang datar. “sudah ku bilang jangan masukkan?”
Nozomu berjalan mendekatiku, wajahnya masih tetap shock, lalu dia berada dibelakangku. “kau sudah melakukan itu?” tanya nozomu dengan polos.
Pleeeettaaakkkkk
Aku menjitak kepala anak tower tersebut. “melakukan apa?” tanya ku dengan bodohnya.
“bagaimana rasanya? Kau sungguh hebat. Harusnya kau belajar untuk ujian kelulusan dan masuk perguruan tinggi, tapi kau malaaahh…..”
Aku tak lagi memperdulikan ucapan lelaki bodoh yang masih berdiri dibelakangku itu. Aku melangkah menuju kamar, Riisa masih tertidur, tapi tubuhnya tak lagi menggigil. Aku meletakan punggung lenganku di dahinya. Tubuh gadis itu mulai hangat. Aku memberinya sebuah kompres dengan air hangat agar dia membaik. Lalu ku biarkan dia tertidur.
“Dia siapa? Ceritalah. Kanojo? Cantik looh.” Nozomu telah menyediakan 2 piring nasi kare dimeja makan yang letaknya menjadi 1 dengan dapur tersebut.
“Temanku, dia baru pindah dari Kanagawa, Yanagi Riisa”
“Ehhhh? Yanagi? Kok Yanagi?” Ucap Nozomu dengan shock dan tiba-tiba berhenti memakan santapannya.
Aku menggeleng dan mengangkat bahuku. Tak memperdulikan wajah bingung si tower kids tersebut. Kami berdua hanya melanjutkan sisa makanan kami, lalu sedikit perbincangan dan aku menyuruh si tower kids tersebut untuk pulang karena waktu sudah menunjukan pukul 8.00 malam.
=========================================
Aku mengintip sedikit, gadis itu masih tertidur dengan pulas. Tiba-tiba saja aku tersenyum memandanginya. Lalu kembali kesal mengingat perkataan yang dia katakan padaku dikoridor waktu itu.
“Yametteeee. Yamette. Okaasaaann. Otousan Yamette yoooooo” Riisa berteriak, aku menghampirinya, memastikan kalau dia baik.baik saja.
“Yamette yo” jeritan itu terdengar lagi. Begitu terus menerus, aku hanya menatapnya. Kini mata gadis itu terpejam, tapi mengeluarkan air mata. Aku tak tahan melihat keadaan seperti itu, aku merengkuh tubuhnya dari tepi kasur, lalu ku peluk dengan tangan ku.
“Daijoubu. Daijoubu. Shinpai iranai” perlahan dia mulai diam, lalu matanya terbuka. Tapi tetap menangis. Aku hanya bisa melepaskan pelukanku. Melihat kepalanya yang penuh dengan keringat dan wajahnya yang penuh dengan air mata aku mengelapnya. “Daijoubu day o. kau aman disini”
“naze watashi koko ni iru?” Riisa melihat sekeliling kamar ku, sesuatu yang asing ada disekitarnya, aku tau pastinya akan seperti ini, dia akan kaget, dan sebenarnya aku tidak tau apa yang akan dia lakukan selanjutnya.
Pllaaaaaakkkk
Tamparan tajam mendarat dipipiku, “Seenaknya kau membawaku kesini” Ucapnya, sembari mengambil tas yang terletak di pinggir kasur. Dia bangkit dan langsung menuju keluar kamar. “Aku akan pulang”
Aku menarik lengannya, dia berhenti dan mencoba melepaskan tangannya. “Sekarang jam 1 tengah malam” Ucapku menunjuk jam besar yang terpajang diatas tv diruang tengah. “Saat pulang sekolah kau menemukanmu menggigil dibawah pohon didepan sekolah. Seifukumu basah, jadi aku membawa mu ke apartemen ku dan aku mengganti seragamu dengan kaosku”
Pllaaaakkkkkkk
Tamparan itu mendarat lagi dipipiku, rasanya sakit, tapi aku sudah berkata yang sebenarnya, aku berkata jujur pada gadis ini, sebelumnya aku tak pernah berkata jujur pada gadis yang ku suka sekalipun.
“Tidurlah, jika keadaanmu masih tidak enak aku akan bilang kalau kau sakit” aku menarik lengannya, menuju kamar dan membiarkannya beristirahat lagi. “Kalau ingin makan di dapur ada nasi kare kau bisa memakannya. Kalau butuh apa-apa bangunkan saja, aku tidur disofa ruang tengah. Oyasuminasai”
“Ka… Ka… Kamiyama”
“Hmm?”
Riisa tertunduk. Aku masih menatapnya. “Doushita?” Tanyaku penasaran.
“Anata no koto ga daikirai yo! Kedo, kyou wa a.. arigatou na” Ucapnya dengan tertatih.
“Un. Istirahatlah. Akan ku matikan lampunya”
Lampu kamar itu sudah gelap,pintu pun ku tutup dengan pelan, untuk pertama kalinya aku mendengar Riisa berbicara dengan banyak dan untuk pertama kalinya juga dia berkata ‘arigatou’ padaku.
======================================
#Nozomu POV#
Pagi ini Reina meminta ku untuk menjemputnya, aku mengiyakan permintaannya, hubungan kami semakin hari semakin romantis, walau aku tidak pernah bertemu dengan kakaknya. Reina juga jarang sekali membicarakan soal kakaknya.
Kamipun datang kesekiolah, kekelas yang sama dan kursi yang berdekatan, Reina duduk didepanku, kami berbicara seperti biasa, membicarakan beberapa hal tentang pelajaran dan juga kegiatan yang kami lakukan, dan satu hal yang membuat aku dan Reina semakin dekat adalah, karena kami terpilih menjadi ketua osis dan wakil ketua osis, suatu hal yang membanggakan bagiku.
“Istirahat nanti antar aku ke kelas 3-3 ya”
“Kau melamun?” Tanya Reina yang sadar kalau aku terdiam tanpa kata, tak seperti biasannya.
“Heh? Tidak, apa yang kau bawa itu?” Tanyaku mengalihkan pembicaraan.
Reina tersenyum, lalu membuka tutup kotak yang dia bawa. Aku melihat sebuah cake bertuliskan ‘Otanjoubi Omedetou’ seingatku ini bukan hari ulang tahunku, atau ulang tahunnya. Hati ku bertanya-tanya tentang kejelasan cake tersebut.
“Hari ini, kakak ku ulang tahun. Jadi aku dan ibu membuatkan cake kejutan ini” Jelasnya, “Kemarin aku mengirim email padanya, dan dia bilang dia dikelas 3-3. Oiya, aka nada seleksi pemilihan ketua osis kan? Nozomu berjuang ya. Aku selalu mendukung mu” Ichiko tersenyum, kilatan cahaya yang indah itu sejenak tampil dihadapanku, memberikan sedikit semangat untuk menghadapi pidato pemilihan ketua osis minggu depan.
Kami duduk saling berdekatan, dia tepat didepanku, di barisan paling pojok dekat dengan jendela yang langsung menghadap kelapangan sekolah. Reina duduk dibangkunya, mengeluarkan sebuah kertas dan mulai menulis. Aku mendekatinya, menarik bangku ku dan duduk disebelahnya.
Otanjoubi Omedetou Riisa-Neechan. Semoga kau menjadi sosok yang lebih baik lagi, kenangan masa lalu biarlah menghilang seperti debu, lalu ku harap kau bisa menatap masa depan yang cerah bersama dunia barumu. Suatu hari nanti aku akan memamerkan pada dunia bahwa kau adalah kakakku yang terhebat.
Love Reina
Kalimat itu ku baca dengan detail, Reina menuliskannya dengan sangat riang, kertas berwarna pink dengan motif hati dipinggirnya itu.
“Kartu ucapan untuknya” Ucap Reina tanpa ku tanya.
Aku mengangguk. “Kau sangat menyayangi kakak mu ya?”
Kini Reina yang mengangguk. “Ku harap dia akan baik-baik saja” Ucapnya sembari memandang keluar jendela, memandang langit yang kosong saat itu.
Bel jam masuk sekolahpun berbunyi, semua murid bersiap, cake yang disimpan oleh Reina akan aman dilemari pendingin cafetaria sekolah. Aku memang menitipkannya sebelum jam perlajaran masuk.
Hari ini Reina tak banyak berbicara, bahkan dia jarang sekali menatapku, hati ku mulai bertanya-tanya. Mungkin dia sudah mulai bosan dengan ku, mungkin dia sedang tidak bersemangat, mungkin dia… Semua pertanyaan itu memenuhi kepalaku hingga pikiran ini hanya berfokus padanya, bukan pada pelajaran yang sedang diterangkan.
Jam di depan kelas menunjukkan pukul 11.58 Am, 2 menit sebelum bel istirahat, Minase sensei telah selesai memberikan pelajarannya. Dia menyuruh para murid untuk merapihkan buku-buku dan segera keluar kelas. Begitu bel berbunyi para murid langsung riuh membubarkan dirinya. Aku menari lengan Reina, berjalan menuju cafeteria untuk mengambil cake yang kami simpan.
“Ayo cepat, nanti kakak mu keburu menghilang dari kelasnya” Ucapku sembari berlari dengan kecil dikoridor sekolah yang sudah sesak dengan anak-anak dari berbagai kelas.
Reina ikut berlari sembari sesekali tersengal karena langkah kaki ku yang cukup panjang. “Tunggu disini, aku akan masuk dan meminta cake mu”
Aku datang menenteng cake yang tidak terlalu besar tersebut. Reina mengikatkan card ucapan pada lubang kecil yang ada dikotak tersebut. Kami berjalan perlahan, menuju kelas Kamiyama senpai, kelas 3-3.
“Kau mau tunggu disini atau masuk” Tanyanya ketika kami sampai di depan pintu kelas tersebut.
Aku memutuskan untuk ikut kedalam kelas, tetapi hanya untuk menemani Reina saja, aku tidak bermaksud ingin melihat kakaknya atau berkenalan dengan kakaknya, langkah pencegahan kalau nanti Reina cemburu.
Reina berjalan didepan ku, aku membuntutinya. Dia terus berjalan, ada banyak sekali gadis disana, mereka menatap kami, betapa terkejutnya aku melihat seorang gadis yang duduk dibangku paling pojok dengan rambut sebahu dan poni yang panjang, menutupi wajahnya sedang menyantap bekalnya, aku tak pernah melihat senpai dengan penampilan sadako seperti itu.
“Neechan, Neechan. Otanjoubi Omedetou~~” Mataku terbelalak, melihat senpai sadako tersebut yang dipanggil dengan sebutan ‘Neechan’ Oleh Reina.
“Kikinai ka? Otanjoubi Omedetou Neechan. Aku dan ibu membuatkan cake ini” Ucap Reina dan meletakkan cake tersebut dimejanya yang kecil dan kotor itu.
“Hari ini ulang tahun ku ya? Kau ingat? Terimakasih” Ucap senpai sadako tersebut dengan lirih dan sangat pelan, bahkan suara desiran angin saja lebih kencang dari pada suaranya.
“Un. Tentu saja aku ingat, kyoudai desyou?”
Aku memperhatikan percakapan mereka berdua, senpai sadako tersebut mengangguk dengan yakin, hanya satu kali anggukan lalu dari bibirnya yang tertutup dengan rambut mengucapkan kalimat ‘arigatou’ untuk yang kedua kalinya.
“Aku membuat cardnya juga, kalau begitu setelah kau makan cakenya jangan lupa kirimkan aku e-mail. Bye Neechan. Oiya, ini Kotaki Nozomu dia kekasihku”
“Aaa. Doomo, Kotaki Nozomu desu” Aku membungkuk. Senpai sadako tersebut mengalihkan pandangannya, seperti menatapku, tapi aku hanya bisa melihat sedikit siratan matanya yang besar dari sela-sela rambut yang menutupi wajahnya.
“Yanagi Riisa desu” Bungkukkan kecil itu diperuntukan untukku, aku tersenyum sesaat dan pikiran ku memutar, aku seperti pernah mendengar nama tersebut sebelumnya.
“Aku pergi ya. Jangan lupa mengirim aku e-mail” ucap Reina, menarik lengan ku dan melambaikan tangan pada Riisa.
Reina berjalan disampingku, tangan kami saling bertautan. Berjalan lurus melewati koridor yang diramaikan oleh setiap deretan kelas 3 yang sesak dengan siswa dan siswi disana.
TBC DULU YA~~~~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Welcome To My Blog